[Cuti Kemana] Taman Brantas: Kota Kediri

Kediri mulai bersolek. Seperti tak mau kalah dengan Surabaya dengan Taman Bungkulnya, Kediri membangun beberapa taman kota yang saya rasa cukup menarik. Apalagi di jaman medsos sedang gencar-gencarnya memberikan informasi yang tak terbatas, Kediri semakin bersemangat.

Taman Brantas.
Mengambil konsep skate & BMX park di pinggir Sungai Brantas dan jembatan baru yang penuh intrik, saya rasa pilihan yang cukup apik. Hampir mirip dengan taman skateboard di dekat Monumen Kapal Selam Surabaya dan Taman Kalijodo setelah pensiun dari dunia malamnya.
Arena skateboard yang disalah-gunakan

Malah buat plorotan
Saya rasa kehadiran taman ini membuat warga Kediri semakin mencintai kota kelahirannya. Saya bersyukur, Kediri berkembang tidak hanya pada bangunan Mall yang semakin banyak di kota-kota besar. Mungkin salah satu tujuan banyaknya dibuat taman kota adalah untuk merangsang masyarakat untuk beraktivitas di luar ruangan. Agar remaja tidak rusak otaknya karena HP. Biar gak kayak remaja Jepang yang tiba-tiba ingin bunuh diri.

Fasilitas Umum.
Dulu saya pernah berkirim pesan singkat ke Bupati Kediri berkenaan dengan banyaknya sampah di Monumen Simpang Lima Gumul di awal-awal pembangunan. Alhamdulillah-nya, pesan saya dibalas sama beliau. Waktu saya berkunjung ke Taman Brantas, fasilitas seperti tempat sampah sudah tersedia. Walaupun juga masih saya lihat ada sampah yang dibuang di sana-sini. Rasanya, buang sampah sembarangan yang ditunaikan oleh pengunjung Taman Brantas mencoreng niat baik Walikota Kediri dalam membangun taman beserta penyediaan tempat sampah di sini. Masa iya orang asli Kediri mengotori rumahnya sendiri? Ini yang harus disadari oleh khususnya masyarakat Kediri dan Masyarakat dunia pada umumnya.
Ini namanya tempat sampah. Fungsinya untuk buang sampah.
Lalu apa lagi? Kalau kebelet pipis gimana? Tenang, di sini juga sudah tersedia. Jadi anda tidak perlu repot pergi ke pom bensin atau cari-cari mushola yang ada kamar mandinya. Pom bensin itu fungsinya untuk isi BBM. Kalau Mushola untuk sembahyang. Bukan untuk cari toilet, pipis atau berak, terus cus pergi.
Toilet portable
Nampak dalam 😥
Menurut saya, alasan kenapa banyak sampah di Taman Brantas adalah banyaknya pedagang asongan di sini. Padahal sudah dipasang spanduk besar-besar yang tulisannya Dilarang Berjualan. Kemana satpol PP-nya? Mungkin sedang sibuk grebekan di tempat lain. Ini juga hal yang dianggap biasa tapi dampak ke belakang malah jadi jelek. Masyarakat kita terlalu sibuk membuat tanpa memikirkan bagaimana merawat dan mengelola. Mungkin sebagian pembaca banyak yang komentar, "ya gapapalah. Ibu-ibu itu kan kasihan, mereka cari nafkah untuk hidup." Men, kalau aturan sudah dibuat, ya harus dipatuhi. Kalau dilanggar ya harus kena hukuman. Tentang kasihan, itu beda cerita. Kalau ngomong kasihan, kenapa banyak pencuri yang ditangkap dan bahkan dipukuli kalau ketangkap? Toh alasan dia juga ekonomi, cari hidup. Besar atau kecil, kalau melanggar aturan ya harus dihukum, tanpa membeda-bedakan. Masalah berat ringannya hukuman, ini yang beda. Gitu.

Para pedagang asongan. Sumber sampah di Taman Brantas
Spanduk larangan berjualan yang dicuekin.

Lalu ada juga yang lucu. Jelas-jelas peruntukan taman ini adalah untuk penyalur hobi untuk mereka yang ingin belajar skateboard atau BMX. Tapi malah buat duduk-duduk. Hehehe. Lagi-lagi, masyarakat kita seharusnya memang musti banyak membaca dan harus mulai mengurangi konsumsi sinetron tv yang alay. Biar wawasan dan kesadarannya terbuka. Hehe. Kok jadi banyak cercaan sih, mungkin kebawa suasana. Maafkeun.

Spanduk kedua yang dicuekin.

Pengunjung yang ternyata buta huruf

Penyandang buta huruf ternyata banyak di Kediri.
Tapi, di balik semua kekurangan masyarakat kita, saya harus mengucapkan dua terimakasih kepada Walikota Kediri. Satu untuk dibangunnya Taman Brantas di sebelah jembatan lama yang semakin merana. Dua adalah untuk dilanjutkannya pembangunan jembatan lama yang sudah terlalu lama terbengkalai.

Komentar

  1. Banyak yg belum punya speda ato skate board kali pak? Jadi ya,drpd mubadir gt, buat duduk2 santai aja, ahihihi
    Biasanya nih pak, klu taman2 kayak gt bisa terawat ya karna warga sekitar situ yg ngrawat pak, pedagang2 tuh biasanya dijadikan satu gt disatu lokasi, ya macam food courts lah ya. Tp klu jauh dari pemukiman warga gini ya, ujung2nya terbengkalai. Solo puna nih kayak gini, awal2 th 2010 klu g salah, skg sudah g tau tuh jadi apa, terakhir saya Tengok udah suram tamannya, hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu poinnya, kalau hanya mengandalkan pemerintah saja tanpa adanya andil dari masyarakat ya percuma...

      Memang jadi smart people itu butuh waktu...

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sambel Tumpang: Kuliner Kediri yang harus dicoba

[Review] Fujifilm X-70

[Cuti Kemana] Serunya Bermain Salju di Panama Park Bandung