[RESENSI] BUKU: Kura-Kura Berjanggut


Biar gak melulu tentang curhat jalan-jalan saya, kali ini saya akan coba membahas tentang buku yang berjudul Kura-Kura Berjanggut karyanya Azhari Aiyub. Sambil kumpul-kumpul uang buat jalan-jalan lagi tentu saja.
Nampak muka Novel Kura-Kura Berjanggut
Awal mula saya tau tentang buku ini adalah waktu saya berselancar di Twitter. Setelah scrol atas bawah, saya baca tentang acara bedah buku yang diadakan Kineruku. Di tweet nya, Kineruku sedikit memberikan bocoran tentang apa sebenarnya buku ini. Lalu saya jatuh cinta. Tak lama, saya sudah memilikinya. Buku ini tebal sekali, sebelas duabelas dengan buku kumpulan cerpen milik Seno Gumira Ajidarma yang judulnya Senja dan Cinta Yang Berdarah. Total ada 960 halaman.

Kitabnya SGA
Kitabnya AI
Isinya apa?

Sesuai info awal dari Kineruku, buku ini bercerita tentang sejarah dan bajak laut. Sampai saya menulis bagian ini, saya belum tuntas membaca buku ini. Akhirnya saya putuskan untuk menuliskannya secara parsial.

Lamuri. Sebuah kerajaan, yang baru saya tahu, berlokasi di Aceh sedang dalam masa sulit. Karena raja yang baru diangkat diduga bukan anak sah dari raja yang akan habis masa kekuasaannya. Anak Haram adalah sebutan untuk Sang Raja baru. Beberapa perintahnya memang tidak masuk di akal, salah satunya adalah operasi pembersihan merica yang merupakan komoditas utama Lamuri saat itu. Korban paling utama adalah kelompok saudagar Ikan Pari Itam selain korban lain yang dituduh telah berbuat curang. Beberapa orang yang berhasil kabur dari operasi itu akhirnya membuat sebuah perkumpulan yang sangat rahasia, Kura-Kura Berjanggut, yang bertujuan untuk membunuh Anak Haram Lamuri. Babak demi babak terus berlangsung. Upaya yang gagal terus dikembangkan agar berhasil menumbangkan dinasti Anak Haram.
---

Jalan ceritanya?

Oke, mungkin di awal membaca, kalian akan sedikit dibuat bingung. Sama seperti saya. Ngngngng, nggak ya? Berarti saya yang lemot. Jadi cara cerita Mas Azhari Aiyub ini loncat-loncat. Kadang maju kadang mundur. Kadang mundurnya jauh kadang majunya jauh. Begitulah, di akhir kisah cerita itu terjalin semua. Setiap judul mengisahkan perjalanannya sendiri. Saking banyaknya tokoh dalam novel ini, ditambah dengan waktu saya baca sering kena jeda yang lumayan lama, membuat saya membuka kembali halaman-halaman sebelumnya. Bagi saya, nafas buku ini ada pada bagian pertama yakni Buku Si Ujud. Ke belakang adalah catatan harian Tobias Fuller yang tertulis rapih. Lalu bagian terakhir ada Lubang Cacing yang saya belum tahu apa isinya. Karena saya belum selesai bacanya.

Saya paling suka membaca buku sejarah yang dibungkus dengan novel. Jatuh cinta dengan Kura-Kura Berjanggut ini sama seperti jatuh cintanya saya dengan buku The Jacatra Secret karya Rizki Ridyasmara. Walaupun saya tidak begitu faham mengenai kebenaran pada kisah Kura-Kura Berjanggut, setidaknya ada pengetahuan baru tentang apa itu Lamuri sampai dengan awal mulanya Bangsa Eropa datang ke Nusantara hanya untuk mencari rempah-rempah. Beberapa nama tempat yang disebutkan di novel ini saya rasa memang betulan. Karena di halaman belakang novel ada glosarium yang isinya cukup banyak. Hampir mirip kamus.

Mau beli? Banyak kok di tokopedia. Tinggal klik iklan tokopedia di sebelah kanan halaman ini aja.

Komentar

  1. Lamuri adalah cikal bakal kerajaan Aceh Darussalam, walau berbungkus sejarah haruslah Novel ini jangan membuat kerancuan sejarah, dalam hikayat Malem Dagang karangan Tengku Chik Pante Geulima Meurudu, si Ujud itu adalah raja Johor yang Menyerang Aceh pada masa Pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1636). jadi kalau ada si Ujud yang lain akan membuat bingung pembaca yang mengerti dan faham akan sejarah. dan saya kurang berkenan juga dengan penyebutan "Anak Haram Lamuri" Tapi walau bagaimana pun Novel ini sangat bagus dan menantang, sukses selalu buat Azhari.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih pencerahannya Bang!!

      Dari segi isi yang mungkin tidak sesuai dengan sejarah yang ada, kategori novel akan menjadi tameng kuat ketika ada sesuatu yang tidak berkenan atau bahkan bisa saja kebenaran yang sebenarnya.

      Tapi di luar semua itu, semoga buku ini bisa jadi kecupan pangeran untuk membangunkan minat membaca di Indonesia.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sambel Tumpang: Kuliner Kediri yang harus dicoba

[Review] Fujifilm X-70

[Cuti Kemana] Serunya Bermain Salju di Panama Park Bandung