Sambel Tumpang: Kuliner Kediri yang harus dicoba

Kawan-kawan yang budiman, saya rasa, saya tidak bisa menghindari liur yang tiba-tiba membanjiri mulut saya ketika membaca nasi tumpang. Entah, ada saja alasan saya setiap hari mewajibkan sambel tumpang sebagai sarapan, tentu pas saya lagi cuti. Sampai, saking setiap harinya, istri saya ngomel. "Sambel tumpang terus, gizine tempe bosok," begitu lah kira-kira omelan istri. Bukan hanya istri, Bik Tun - pembantu rumah tangga ibu saya, pun hafal atas tingkah saya setiap pagi. Bangun pagi, cuci muka, ambil kunci motor atau sepeda, tidak usah ditanya lagi. Pasti pergi beli sambel tumpang.
Apa yang membuat sambel tumpang terasa spesial? Saya juga tidak tau, yang penting saya suka. Bagi sebagian orang, termasuk tante saya, sambel tumpang itu menjijikkan. Karena seperti yang istri saya omelkan ke saya, bahan baku sambel tumpang ini adalah tempe yang sudah agak busuk. Tapi ya tidak busuk-busuk banget. Pernah ada cerita sewaktu saya masih kecil, ada mahasiswa KKN (Kuliah Kerja Nyata, entah apa sebutannya sekarang) yang menginap di rumah saya selama sebulan. Mahasiswa Airlangga Surabaya kalau saya tidak salah ingat. Nah suatu hari ibu saya masak sambel tumpang, lahap betul mereka makan. Tiga hari berikutnya, ada salah satu mahasiswa yang bilang ke ibu untuk dimasakkan lagi sambel tumpang sekaligus ingin belajar cara bikinnya. Biar nanti pas selesai KKN dia bisa bikin sendiri di rumah. Besoknya belanjalah ibu saya ke pasar untuk membeli bahan baku. Sesampai di rumah, mahasiswa yang minta itu benar-benar pergi ke dapur untuk belajar bikin sambel tumpang. Setelah tau bahan bakunya dari tempe busuk, tidak hanya batal dia belajar, juga batal memakan sambel tumpang. Ya begitulah. Tergantung selera.
Biasanya penyajian nasi ini dicampur dengan pecel. Kalau pecel kan Madiun yang punya nama. Di warung-warung, kami biasa menyebut nasi campur, artinya nasi sambel pecel baru di atasnya diberi sambel tumpang. Sejarah yang membuat namanya tumpang ya ini, posisi sambelnya ada di atas sambel pecel. Jadi artinya sambel yang numpang. Kediri sendiri menjadi kota yang dipenuhi oleh penjual nasi tumpang. Apalagi waktu malam tiba. Kalau di kota, ada jalan yang terkenal namanya Jalan Doho, itu kalau malam kira-kira jam 8, sudah banyak toko yang tutup dan digantikan oleh penjaja nasi tumpang yang mengambil tempat di emperan toko. Berjajar dari utara ke selatan. Kalau di Pare juga sama. Ruko di jalan stasiun (depan polres pare) menjadi stasiun penjaja sambel tumpang. Sebagai penikmat masakan warung, tentu masing-masing orang akan memiliki favorit. Atau tempat kesukaan. Boleh jadi disebabkan karena rasa dari masakan di warung itu pas dengan lidah kita. Begitu juga sambel tumpang, saya memiliki beberapa daftar warung yang menurut saya rasanya mak nyus (al-fatihah untuk Bondan Winarno). Terbukti warung ini selalu ramai dikunjungi orang.

Pertama, warung nasi tumpang Mbah Mur Patri. Lokasinya ada di Dusun Wonokerto, Plemahan, Kediri. Berikut lokasi dari google map.


Dulunya warung ini ada di pasar plemahan. Tapi seiring bertambahnya usia penjual, akhirnya sempat memutuskan untuk tutup. Tapi karena sudah banyak pelanggannya, ada permintaan untuk buka saja. Dan benar, akhirnya Mbah Mur tetap berjualan di rumah. Dulu dinding rumahnya masih berbentuk gedheg/anyaman bambu. Bahkan saudara saya dari Jakarta sempat bertanya ketika saya mengajaknya ke situ, dari mana tau kalau di sini ada warung, sih? Ya karena populer saja waktu itu. Bisa dibilang, langganan saya paling lama ya di sini. Selain di Gendon. Untuk sambel tumpang, di sini jagonya. Oya, warung ini bukanya hanya pagi. Maksimal sampai jam 10 pagi saja. Tapi beberapa waktu lalu, cucu mantunya memutuskan untuk buka cabang di pasar plemahan. Lokasinya di jalan raya pare bogo tepat sebelah timur pertigaan. Sebelah baratnya penjual buah. Kalau di situ, buka pagi dan malam.

Kedua ada warung Pak Gendon. Lokasinya berdekatan. Cuma waktu buka warung ini hanya malam saja. Hari kamis malam, tutup. Berikut lokasinya.




Ketiga ada di Pagu. Tepat di depan SMP Pagu. Hampir setiap malam pasti ramai dikunjungi orang. Tidak perlu khawatir kalau di sana terlihat penuh ketika anda berkunjung. Pelayanannya termasuk cepat. Yang menjadi khas di sini adalah penjualnya sudah emak-emak dengan wajah penuh bedak, jadi terlihat putih sekali. Hehe. Juga sambel tumpangnya berkuah. Kuah sambel tumpang.


Jadi, sebagai penggemar pertumpangan, 3 lokasi di atas adalah lokasi paling recommended untuk menikmati nasi tumpang yang tiada dua.

Selamat berpuasa.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[RESENSI] BUKU: Kura-Kura Berjanggut

[EXTRA] Keuangan

[Cuti Kemana] Serunya Bermain Salju di Panama Park Bandung