[Cuti Kemana] Teluk Hijau Banyuwangi
Yeah,
akhirnya saya menulis lagi.
Kali ini
saya akan membahas tentang tempat wisata yang tak kalah menarik, ya masih
pantai, Teluk Hijau, Banyuwangi. Letaknya tak jauh dari Pantai Pulau Merah yang
ada di pesisir selatan. Sebenarnya saya sudah dua kali ke sini. Pertama di awal
tahun 2019 bersama anak istri, dan yang kedua bulan lalu bersama kawan saya
semasa kuliah.
Berawal kabar
dari Jumadin (selanjutnya saya sebut dia Juma) tentang rencana dia untuk
melancong ke Bromo, akhirnya saya tawarkan untuk mengunjungi Banyuwangi. Dia kan
juga suka foto, dan waktu itu dia sedang melaksanakan ibadah cuti. Jadi
sekalian lah saya ambil cuti tahunan untuk menemaninya jalan-jalan.
Senin malam
dia mendarat dengan sempurna di Terminal Jajag. Setelah ada beberapa drama di
sepanjang jalan dari Probolinggo ke Banyuwangi. Just info, bus dari Probolinggo
kea rah timur ini banyak yang “nakal”. Sedikit cerita lah ya, sekaligus sebagai
pengingat untuk kawan-kawan yang ingin berpelesir kea rah Banyuwangi via bus.
Jadi dia berangkat dari terminal Probolinggo, lalu saya pandulah dia untuk
tanya ke petugas terminal perihal harus naik bus yang mana untuk sampai ke
Jajag. Jajag ini adalah terminal terdekat untuk kalian menuju ke Pantai
Selatannya Banyuwangi. Lalu bertanyalah dia ke petugas, dan diarahkan untuk
menunggu bus di tempat tunggu. Eh ada calo atau kenek bus yang nyamperin doski.
Mulai ditanya-tanya lah mau kemana tujuannya, Juma bilang kalau mau ke Jajag.
Diarahkanlah dia menuju busnya, dengan dalih ini bus langsung ke Jajag. Naiklah
doski ke bus yang dimaksud. Bus berjalan dengan normal, sampai lewat Jember dan
berangkat lagi dari Terminal Jember, Juma diturunkan di tengah jalan dan
diarahkan untuk naik bus lain yang menuju ke Jajag. Disitu Juma turun bareng
bule dari Eropa, cewek. Akhirnya setelah menunggu lama, mereka dapat bus kea
rah Jajag. Di tengah jalan mereka ditarik karcis lagi lah, menolaklah kawan
awak ini dengan menunjukkan tiket yang sudah dibeli dari bus sebelumnya. Ini yang
penting, jangan sampai tiket/karcis bus hilang sebelum anda sampai tujuan. Dengan
berbagai cerita dari si bule itu, yang intinya kecewa dengan perlakuan orang
kita lah, sampailah mereka di Terminal Jajag jam 10 malam. Telat hampir 2 jam. Si
Bule langsung menuju Hotel Surya di Jajag, dan kawan saya naik ke kursi
belakang Honda Freed pinjaman. Jadi untuk kalian yang bus mania, harap diingat
kisah kawan saya ini. Jangan cepat percaya dengan kenek bus.
Oke
langsung ke point utama. Kesialan Juma terbayar oleh kebaikan hati seorang
kawan yang dengan ikhlas memberikan harga khusus untuk penginapan. Just info,
seperti yang sudah saya tulis di tulisan saya sebelumnya yang berjudul PulauMerah, homestay di sini lumayan
mahal. Tapi malam itu, Juma dapat harga yang paling murah, 150rb per malam
dengan fasilitas air panas untuk mandi, TV LED, kamar mandi dalam, dapur, ruang
tamu, dan edamame rebus yang lezat. Harga ini harga teman ya, jadi mungkin bisa
beda untuk orang lain, hehe. Nama homestay nya, Homestay Delon. Letaknya 100
meter dari gerbang masuk Pulau Merah. Karena kami adalah pemburu sunrise yang tidak “ngoyo”, akhirnya
kami melewatkan saja sunrise esok hari.
Tapi karena memang Pulau Merah tidak cocok untuk berburu sunrise, cocoknya sunset.
Selasa pagi
jam 9, kami mulai jalan. Bekalnya ya motor pinjaman. Kami berangkat ke Teluk
Hijau. Perjalanan ke Teluk Hijau dari Pulau Merah memakan waktu 30 menit saja.
Jalannya juga relatif bagus. Mulai berbatu saat kita masuk di Gerbang Taman
Nasional Meru Betiri. Disarankan kalau main ke sini pakai motor trail atau
minimal jangan pakai matic lah. Saya sudah kapok pakai matic pas saya ke sana
sama anak istri. Kalau pakai trail, kita bisa sampai ke Sukamade, tempat penyu
unyu bertelur. Pakai motor biasa juga bisa sih, tapi ya tidak disarankan saja. Karena
pasti setelah itu kita merogoh kocek untuk biaya perawatan. Tiket dibeli saat
kita sampai di pintu gerbang taman nasional. Harganya pun gak terlalu mahal,
10rb untuk 1 orang dan 5rb untuk motor.
Sampai kami
di tempat parkir motor, kami disambut oleh dua bapak tua penjaga parkiran. Setelah
berbasa-basi sedikit kami mulai jalan ke Teluk Hijau. Jadi untuk menuju ke
Teluk Hijau ini, kita harus jalan sekitar 1 km dengan jalan yang mudah
sebenarnya. Tatanan beton. Tapi entah, baru saja kami melewati tanjakan pertama
lalu dilanjutkan dengan turunan, lutut saya gemetar menahan tubuh. Tidak biasa
ini, pikir saya. Sambil kembali mengingat bagaimana orang medis menelepon saya
tempo hari untuk kembali harus melakukan treadmill
karena hasil EKG saya yang ada indikasi kelianan irama jantung. Kampret. Tapi saya
paksakan saja jalan walau agak menurunkan kecepatan. Sekira 15 menit, kami
sudah sampai di Pantai Batu. Jadi di sini kita bisa mengunjungi 2 lokasi
sekaligus, bahkan 3 malah. Ada Goa Jepang, Pantai Batu, dan Teluk Hijau.
Saya dan Pantai Batu 😄 |
Pantai Batu |
Goa Jepang
berbeda arah dengan 2 pantai ini. Letak Teluk Hijau itu beda satu tanjung saja.
Di balik tanjung, tersajilah Teluk Hijau yang indah itu. Nama Teluk Hijau juga
bukan asal menyebut, memang air di sini terlihat Hijau Toska, dengan dihiasi
karang di pinggirnya. Ombak yang lumayan besar membuat Teluk Hijau tidak bisa dijadikan
untuk tempat berenang. Kalau surfing?
Sama, gak bisa. Karena teluknya yang sempit dan karang-karang nya yang besar
akan membuat peselancar justru akan membahayakan peselancar.
Sampai di
lokasi, Juma mulai mengeluarkan kamera untuk mengabadikan keindahannya. Sayang,
harusnya dia bawa filter ND lah minimal. Atau GND gitu. Lensa wide angle pun dengan sigap menangkap
panorama yang memang menggoda. Tapi ya itu sih kelemahan tempat wisata yang
terpencil, akomodasinya masih sangat minim. Ada bangunan toilet sebenarnya,
tapi ya tidak terurus. Penjual makanan pun tidak ada di lokasi, yang sebenarnya
lebih bagus. Karena bisa mengurangi dampak sampah yang selalu saja dibuang
sembarangan oleh turis lokal. Turis mancanegara pun banyak yang kesini. Dan bahkan
mereka sudah pakai bikini sejak mereka berjalan di jalan setapak. Oiya bagi
kalian yang tidak mau capek-capek jalan, ada jasa perahu yang bisa mengantarkan
kalian ke Teluk Hijau. Perahu ini bisa dijumpai di Pantai Wedi Ireng, pantai
sebelum masuk ke Taman Nasional. Bahkan sebenarnya kita juga bisa naik perahu
menuju Teluk Hijau dari Pantai Pancer. Pantai sebelah barat Pulau Merah. Untuk
biayanya saya kurang mengerti, tapi menurut bapak penunggu parkiran, kisaran
300rb untuk bolak-balik. Cukup terjangkau.
Papan nama di sebelah parkiran motor |
Selesai
kami berfoto di Teluk Hijau, jam 2 siang kami melipir kembali ke Pulau Merah.
Setelah sedikit beristirahat dan membuat Podcast untuk vlog YouTube saya, kami
mulai beranjak ke Pulau Merah untuk hunting
sunset.
Sunset di Pulau Merah tidak pernah mengecewakan |
Saran saya,
kalau mau sepaket jalan-jalan ke Banyuwangi Selatan, pagi memang enak pergi ke
Teluk Hijau. Setelah siang hari baru meluncur ke Pulau Merah untuk berburu sunset.
Untuk
kalian yang tanya transportasi untuk ke Pantai Selatan Banyuwangi, nih saya
kasi, ada banyak pilihan moda transportasi:
Pesawat:
Ambil
pesawat tujuan Bandara Banyuwangi (BWX). Di bandara, ada banyak taxi yang
menawarkan untuk ke Pulau Merah. Biayanya di sekitaran 450ribu.
Kereta:
Turun di
Stasiun Kalisetail. Stasiun ini paling dekat dengan Pulau Merah. Kelemahannya,
dari Kalisetail biasanya hanya ada ojek untuk ke Pulau Merah. Biayanya berkisar
di 150rb. Tapi coba aja tanya siapa tau ada yang bisa anter naik mobil.
Bus:
Turun di
Terminal Jajag. Kalau dari Banyuwangi Kota, biasanya bus antar Provinsi (asal
jangan yang tujuan Bali) pulangnya biasanya lewat Jajag. Jadi ikut aja sampai
Ke Jajag. Dari situ bisa naik ojek dengan biaya sekitar 80rb.
Pose wajib sesuai arahan Om Regy 😂 |
Note:
Oiya ada yang mau tau kenapa kaki saya gemetaran pas turun ke arah Teluk Hijau? Asam urat saya ternyata 7.8 😔
Oiya ada yang mau tau kenapa kaki saya gemetaran pas turun ke arah Teluk Hijau? Asam urat saya ternyata 7.8 😔
Komentar
Posting Komentar