[Cuti Kemana] Tanjung Kodok Beach Resort

H-3 sebelum saya on site (sebutan untuk kembali bekerja setelah mendapat cuti periodik/rooster) di bulan Maret, tiba-tiba istri saya merayu untuk diajak jalan-jalan nanti cuti berikutnya. Tanjung Kodok Beach Resort ya, pintanya. Memang beberapa periode sebelumnya, kami jarang tamasya. Alasannya klasik, budget. "Kenapa tiba-tiba minta ke Tanjung Kodok Beach Resort?", tanya saya kepada istri. Ternyata, beberapa malam kemarin ia sering stalking akun instagram milik penulis buku A Week Long Journey yang juga kawan kami semasa SMA dan Kuliah, Mila. 😓



Ini foto yang membuat istri saya kepincut ingin mengunjungi TKBR juga:

A post shared by altami n.d (@altami.nd) on

Kolam renang yang berbatasan langsung dengan laut jawa membuat menarik beberapa mata yang memandang.

Akhirnya waktu ditentukan. Awal April kami mengagendakan untuk pergi ke sana. Cari hari biasa, biar lebih murah. Inilah salah satu keuntungan saya dengan sistem cuti periodik/rooster, jadi kalau mau jalan-jalan ya terserah mau hari apa aja. Asal bisa menghindari weekend atau liburan sekolah. Biar lebih berkualitas untuk family time-nya. 

Lokasi Tanjung Kodok Beach Resort ini bersebelahan dengan Wisata Bahari Lamongan (WBL). Malah boleh dibilang satu kompleks, dan sepertinya dengan management yang sama juga.

Tidak sulit untuk mencari resort ini, karena WBL pun sudah cukup terkenal. Dulu, sebelum jadi WBL, ia bernama pantai tanjung kodok. Pasti kalian sudah tau kenapa namanya tanjung kodok. Karena ada sebuah batu di sisi samping tanjung yang bentuknya menyerupai kodok.
Batu kodok (Sumber: http://jelajah-nesia2.blogspot.co.id/)
Kami memesan kamar via booking.com karena bisa memesan kamar jauh hari tanpa DP dengan pembayaran langsung di hotel dan bisa membatalkan pesanan maksimal 3 hari sebelum hari yang ditentukan.

Setelah semua persiapan selesai, kami berangkat menuju Lamongan. Lamongan ini sebenarnya kota yang kaya akan destinasi wisata. Mulai pantai sampai goa ada di kota ini. Salah satunya Goa Maharani yang sekarang juga ada kebun binatangnya. Mau wisata religi pun ada, yaitu Makam dan Museum Sunan Drajat. Atau kalian penggemar kuliner pecel lele lamongan? Jangan khawatir, di sini tempatnya😂.

Akhirnya setelah menempuh perjalanan sekitar kurang lebih 3 jam, kami sampai di Lamongan. Jarum pendek jam tangan yang menunjuk ke atas mengingatkan perut untuk mengeluarkan bunyi. Tanda minta segera diisi. Sebelum sampai di TKBR, kami melipir ke rumah makan Joglo. Letaknya sekitar 100m sebelah barat TKBR. Saya merekomendasikan rumah makan ini untuk bersantap siang. Selain harganya ekonomis, masakannya juga masuk di lidah. Sama seperti namanya, konsep rumah makan ini memang saung menyerupai joglo dan dibangun di atas kolam ikan. Suara gemericik air juga menambah rileks tubuh setelah lelah berkendara.

Setelah puas makan siang, kami segera check in. Jadi semua kamar di sini memiliki view laut. Yang membedakan adalah posisinya. Ada yang di bawah, dan di atas. Tergantung selera masing-masing. Kalau ingin mendapat view sunset tepat di balkon kamar, ya pilih kamar lantai atas. Atau kalau ingin akses langsung ke kolam renang dari balkon belakang, ya pilih saja kamar di lantai bawah. Kalau saya kemarin, dapat kamar di lantai atas.
Sunset dari balkon kamar
Karena saya penasaran dengan lokasi kolam renang yang membuat istri kepincut, akhirnya saya langsung menuju kolam renang.
Lokasi kolam renang dan cafetaria
Si Bos lagi nyantai
Sunset dari kolam renang
Sayang waktu itu saya tidak bawa kamera. Jadinya ya cuma mengandalkan kamera dari android. Sore hari saya habiskan untuk berkeliling. Di sini ada private beach nya juga. Tapi sayangnya beberapa kali saya temukan pecahan kaca yang bisa membahayakan pengunjung. Taman belakangnya juga termasuk bagus dan saat saya berkunjung kemarin, sedang ada renovasi kecil untuk taman ini. Setelah sampai ujung, sebelah timurnya restoran, ada pagar pembatas yang membatasi Tanjung Kodok Beach Resort dengan Wisata Bahari Lamongan.

Private beach

Taman


Pagi bergulir, saatnya sarapan. Menu sarapan bagi saya bisa menjadi indikasi cocok atau tidaknya suatu hotel dengan bintangnya. Menurut beberapa situs akomodasi, TKBR masuk ke hotel bintang 4. Setelah sampai di restoran kami disambut pelayan yang ramah. Membukakan pintu masuk berjenis sliding yang mulai mengeluarkan bunyi karena berkarat. Menunya bagi saya standar kalau untuk kelas bintang 4. Kalau dari 10 saya ngasi nilai 7.5 untuk menu makanan di sini.
Menu prasmanan sarapan

Pas saya makan di sini, nampak beberapa orang berseragam merah dan ber-helm proyek bergantian datang untuk makan. Sekilas saya membaca tulisan schlumberger di punggung mereka. Sepertinya, TKBR dijadikan tempat transit oleh beberapa perusahaan off-shore yang memiliki rig di laut Lamongan.
Makan di pinggir laut
Setelah usai, kami menemukan sebuah tempat rahasia. Saya bilang rahasia karena jalan setapak untuk masuk ke lokasi ini sudah tertutup oleh rumput dan beberapa pohon cemara. Jadi ada sejenis tempat duduk dari bambu yang terletak di bibir tebing yang langsung ke laut. Bagi yang membawa anak, diharap meningkatkan kewaspadaan dan jangan lengah memperhatikan anak. 




Sebagai rekomendasi, memainkan harga di range 600-800ribu sepertinya terlalu mahal kalau dibanding dengan fasilitas yang minim perawatan. Membangun resort di pinggir laut berarti harus siap biaya perawatan yang tinggi. Angin laut yang membawa garam akan membuat perabot yang berbahan besi lebih cepat berkarat. Juga kualitas interior kamar yang saya rasa sudah perlu dilakukan peremajaan.

Perabot besi berkarat

Oiya sebagai tambahan, Lamongan ini juga merupakan tempat lahir presiden ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono atau popular dengan sebutan SBY. Dan tepat di hari saya check out beliau dan anaknya datang bersama rombongan mobil dan bis yang didominasi warna biru dan ada bintangnya.

Komentar

  1. Mantaaaab bung viewnta. Ngeri juga lihat perabot yg karatan di dalam resort, wwlwkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hohoho..Untuk view, memang tidak diragukan bagi penikmat senja dan laut. Tapi dengan harga yang lumayan itu, belum imbang saja. Seharusnya pengelola hotel lebih serius kalau melihat potensi yang ada di situ.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sambel Tumpang: Kuliner Kediri yang harus dicoba

[Review] Fujifilm X-70

[Cuti Kemana] Serunya Bermain Salju di Panama Park Bandung