[Cuti Kemana] Grand Trawas Hotel


Cuti adalah rutinitas yang paling ditunggu oleh sebagian besar karyawan; kantoran, lapangan, freelance, atau pebisnis. Walaupun ada sebagian orang yang mendedikasikan umurnya hanya untuk bekerja. Oke, intinya semua orang butuh cuti yang nantinya bisa dipakai untuk jalan-jalan atau bentuk quality time yang lain.

Bagi pekerja yang menganut sistem rooster (contohnya 4:2 artinya 4 minggu full kerja setelah itu 2 minggu full cuti), biasanya sektor pertambangan dan migas yang lokasi kerjanya di area terpencil menerapkan sistem seperti ini, cuti yang didapat cukup panjang diluar kalender merah. Nah, di kesempatan pertama ini saya ingin membahas salah satu hotel yang pernah saya kunjungi hampir 2 tahun yang lalu saat saya masih kerja di Perusahaan Batubara di Kalimantan dengan sistem rooster 8:2.😢

Sebenarnya ulasan tentang hotel ini sudah pernah saya buat di blog saya yang lain di wordpress. Lalu saya memutuskan untuk membuat satu lagi blog yang khusus membahas tentang cuti dan liburan. Lebih kepada share sih. Oke kita mulai.

Grand Trawas Hotel. Sebuah hotel yang masuk ke dalam kompleks perumahan Intiland yang ada di daerah Trawas. Kebetulan istri saya waktu itu masih menjadi karyawan Intiland di proyek perumahan Graha Natura di Surabaya Barat. Itu salah satu alasan kenapa saya memutuskan untuk liburan ke sana, harapan istri dan saya waktu itu sih biar dapat diskon 😅. 

Lokasi Grand Trawas via google map


Alasan kedua waktu itu karena anak masih usia 9 bulan. Jadi cari lokasi yang sejuk sekaligus mengenalkan anak dengan hutan. Honda Prestige tahun 89 mulai beranjak dari parkiran rumah menuju ke Mojokerto. Perjalanan menuju lokasi kira-kira 3 jam kalau dari Kediri. Setelah perjalanan yang panas melewati jalanan Mojokerto yang panas, saya tiba di Pacet yang udaranya cukup dingin, walaupun sudah tak sedingin waktu saya kesana saat umur 7 tahun. Dengan bantuan GPS akhirnya saya tiba di tujuan. Walaupun sebenarnya ada plang nama yang cukup besar di persimpangan yang menunjukkan arah lokasi hotel ini. 


(sumber foto: google map)
Sampai lokasi kami mulai dengan aktivitas check in. Tapi ada yang berbeda dengan cara konfirmasi di hotel ini. Pembayaran yang saya lakukan waktu itu adalah dengan transfer via ATM. Saat sampai di resepsionis ternyata saya masih harus menunjukkan bukti transfer itu. Saya rasa ini adalah sedikit kekurangan Grand Trawas dibanding hotel lain yang se-level. Seharusnya cukup dengan menunjukkan KTP pemesan, pihak hotel sudah mengetahui status pembayaran tamu. Oke, tidak masalah. Setelah menunjukkan bukti transfer, kami diantar oleh room boy menuju kamar yang sudah kami pesan. Kami mendapat kamar paling ujung dengan pemandangan belakang pohon pinus dan taman rumput. Lumayan bisa untuk main-main sama anak.
Untuk restoran, selain yang tersedia di hotel, nampaknya minim. Kalaupun ada ya harus agak keluar dari kompleks perumahan ini. Sebenarnya ada sejenis kafe di sekitar hotel ini, namanya warung Kebon. Tapi jam bukanya hanya sampai jam 16.00. Karena membawa anak kecil, saya memilih untuk makan malam di hotel saja. Kafetaria Grand Trawas sebenarnya menarik kalau ditambah penampilan akustik atau live music senada. Pemandangan langsung ke Gunung Penanggungan dan udara yang dingin membuat malam pasti lebih syahdu. Bagi pecinta fotografi dan pemburu Bima Sakti, lokasi ini bisa saya rekomendasikan.

Sebenarnya banyak atraksi yang ditawarkan di area hotel ini. Tapi berhubung saat itu usia anak saya belum memungkinkan untuk kegiatan outdoor yang agak ekstrim (atau kami yang kurang pengalaman), jadi kami tidak memanfaatkan atraksi yang ditawarkan dengan maksimal. Kami memilih mengunjungi air terjun yang ada di dekat hotel ini. Saya tau dari resepsionis hotel yang sebelumnya saya tanya-tanya.

Yah dengan harga 500ribuan, saya rasa hotel ini patut dicoba. Apalagi bagi yang ingin berdekatan mesra dengan alam. Lokasinya bisa dibilang sepi dan damai. Beberapa kekurangan hotel ini adalah di perawatan propertinya. Jadi pas saya kesana tahun 2015 akhir, beberapa perabot kayu handrail sudah banyak yang lapuk dan lepas. Terus untuk kamarnya juga sama, beberapa bagian harus diremajakan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sambel Tumpang: Kuliner Kediri yang harus dicoba

[Review] Fujifilm X-70

[Cuti Kemana] Serunya Bermain Salju di Panama Park Bandung